Senin, 19 November 2012

Nama Kelompok:



1. Findri Marzola [08650029]

2. Suharjan       [08650097]



   islamsains08@blogspot.com


HISTORISITAS/SEJARAH HUBUNGAN AGAMA DAN SAINS:

Sebuah Pengantar
Pola Konflik Agama dan Sains dimulai oleh:
• Galileo (Abad ke-15 M)
• Newton (Abad ke-17 M)
• Darwin (Abad ke-19 M) Pola Konflik Agama dan Sains
• Darwin (Abad 19)
• Einstein (Abad 20)
KONFLIK ANTARA AGAMA DAN SAINS (Masa Galileo / Abad ke-15 M).
Konflik antara agama dan sains telah dimulai sejak abad 15, ketika Galileo menentang paham geosentris (bumi merupakan pusat tata surya) yang dianut oleh gereja. Galileo dianggap mengingkari keyakinan agamanya (kristen). Ketaksesuaian agama dan sains berlanjut hingga masa sesudahnya (masa Newton / masa sains modern). Namun yang diketahui bahwa Galileo Tidak Bermaksud Menentang Paham Gereja, Galileo hanya bermaksud mentransfoermasikan sains agar lebih bermanfaat bagi kehidupan. Transformasi Sains Sejarah sains Eropa masa kebangkitan (abad 14 dan 15) mencatat bahwa sains muncul tidak hanya dalam rangka melepaskan hegemonik gereja sebagai institusi pemegang kekuasaan tertinggi, tetapi juga sebagai momentum transformasi sains ke dalam utilitas teknik (aplikasi nyata).
Sains Modern.
a. Para ahli sejarah sepakat bahwa sejarah perkembangan sains modern beserta aplikasi teknologi yang ada sekarang diawali oleh Newton (mekanika klasik).
b. Mekanika klasik Newton berdampak besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan saat itu.
c. Konsep mekanika klasik Newton bersifat mekanistik deterministik (apabila kondisi awal dari sesuatu dapat ditentukan, maka kondisi berikutnya dapat diprediksi secara tepat).
Dampak Positif Paradigma Newton
1. Paradigma Newton berdampak kepada revolusi industri (Inggris, abad ke-17) dengan penemuan mesin tenun dan mesin cetak.
2. Tahapan Industri=>Mekanisasi (abad ke-17)
-Energisasi (abad ke-18)
-Optimalisasi (abad ke-18 s.d. ke-19)
-Otomatisasi (abad ke-19 s.d. Ke-20)
Dampak Positif Paradigma Newton
a. Penciptaan Alam Semesta dan menurut pendapat ini bahwa alam semesta ada dengan tidak sendirinya
b. Sesuai dengan agama (alam semesta ada yang menciptakan)
c. Kehancuran Alam Semesta
d. Beberapa milyard tahun yang akan datang sesuai perhitungan waktu peluruhan neutron (inti atom)
e. Sesuai dengan agama (alam semesta tidak kekal)
Sedangkan dampak Negatif Paradigma Newton yaitu:
Ada dua dampak yang tampak sekali yaitu:
a. membentuk masyarakat yang sekularistik
b. mengabaikan nilai-nilai religiusitas (mengabaikan unsur Tuhan karena merasa dapat memprediksi apa yang akan terjadi). Puncak Konflik Agama dan Sains yaitu yang terjadi pada masa Charles Darwin pada abad ke-19 memunculkan bukunya The Origin of Species (hanya dengan ‘menjejer dan mengurutkan’ tulang tengkorak berusaha menghubungkan secara evolusioner). Temuan Darwin semakin memicu ketidakharmonisan hubungan antara ilmuwan (orang yang menekuni sains) dan agamawan (orang yang mendalami nilai dan ajaran Tuhan).
Masa Reda Konflik Agama dan Sains pada abad 20 Muncul paradigma baru dalam ilmu pengetahuan, mekanistik deterministik menjadi probabilistik relatifistik

Motor
1. Heissenberg dan Scrodinger memunculkan Teori Mekanika Kuantum.
2. Albert Einstein (konsep ruang-waktu dan energi) Probabilistik relatifistik
Sesuatu memiliki banyak kemungkinan alternatif pemecahan persoalan.
Melahirkan ilmu-ilmu baru seperti material science, mikro elektronika, kimia fisika kuantum, astrofisika, dll. Perbedaan Paradigma dalam Konsep Energi-Ruang-Waktu
1. Newton. Menurut Newton Massa materi adalah kekal, ada dengan sendirinya dari dulu hingga sekarang (teori Steady State), sehingga ruang dan waktu adalah entitas yang terpisah .
2. Einstein Ruang dan waktu adalah entitas yang terkait satu sama lain menjadi dimensi tersendiri yaitu
dimensi ruang-waktu. Tanpa ada ruang maka tidak akan ada waktu.

Hubungan Agama dan Sains pada Abad 21 yaitu Simbiosis Mutualisme mengalami peningkatan dan Konflik Berkurang atau mengalami penurunan konflik pada saat tsb. Tipologi Hubungan Sains dan Agama Isu hubungan agama dan sains tidak selalu diisi dengan pertentangan dan ketidaksesuaian. Banyak kalangan yang berusaha mencari hubungan antar keduanya. Kalangan lain beranggapan bahwa agama dan sains tidak akan pernah dapat ditemukan, keduanya adalah entitas yang berbeda, memiliki wilayah masing-masing yang terpisah baik segi objek formal-material (ontologi), metode penelitian (epistemologi), serta peran yang dimainkan (aksiologi).

Di akhir dasawarsa tahun 90-an, di Amerika Serikat dan Eropa Barat khususnya, berkembang diskusi tentang sains (ilmu pengetahuan) dan agama (kitab suci). Diskusi dimulai oleh Ian G. Barbour yang mengemukakan teori “Empat Tipologi Hubungan Sains (Ilmu Pengetahuan) dan Agama (Kitab Suci)” Empat Tipologi Hubungan Sains (Ilmu Pengetahuan) dan Agama (Kitab Suci). Keempat tipologi tersebut ialah sebagai berikut:
1. Tipologi Konflik Tipologi Konflik menganggap bahwa agama dan ilmu pengetahuan itu saling bertentangan 2. Tipologi Independensi
3. Tipologi Dialog
4. Tipologi Integrasi Tipologi dialog dan integrasi tersebut dianut oleh kelompok materialisme ilmiah dan kelompok literalisme kitab suci.

Pandangan Kelompok Materialisme Ilmiah yaitu:
1. bahwa keyakinan agama tidak dapat diterima karena agama bukanlah data yang dapat diuji dengan percobaan.
2. sains (ilmu pengetahuan) bersifat obyektif, terbuka, dan progressif
3. agama (kitab suci) bersifat subyektif, tertutup, dan sangat sulit berubah
4. Pandangan Kelompok Literalisme Kitab Suci bahwa teori ilmiah melambungkan filsafat materialisme dan merendahkan perintah moral Tuhan.
Penyebab konflik agama dan sains:
a. Fundamentalisme Sains (ilmu pengetahuan) Fundamentalisme Agama (kitab suci) Merasa dirinya benar (paling benar) Menyalahkan yang lain maka terjadi KONFLIK AGAMA DAN SAINS Tipologi Independensi Menurut tipologi ini bahwa Konflik Sains dan Agama Tidak Perlu Terjadi Karena sains (ilmu pengetahuan) dan agama (kitab suci) berada di wilayah yang berbeda, sains sebagai kajian atas alam sedangkan agama sebagai rangkaian aturan berperilaku. Tipologi Dialog Tipologi diaolog lebih kepada mencari (secara ilmiah) hubungan (konseptual dan metodologis) antara sains dan agama, kemiripan dan perbedaannya. DIALOG SAINS dan agama terjadi menjadi: 1. Konseptual Sains menyentuh persoalan di luar wilayahnya sendiri (misalnya: mengapa alam semesta serba teratur?) Sains digunakan sebagai analogi untuk membahas hubungan Tuhan dengan dunia, yakni adanya kesejajaran konseptual antara teori ilmiah dan keyakinan teologi 2. Metodologi Sains dipahami tidaklah seobyektif dan agama juga dipahami tidaklah sesubyektif – sebagaimana yang diduga. a. Sains: Obyektif-Subyektif Obyektif-Subyektif. Data ilmiah yang menjadi dasar sains, ternyata melibatkan unsur-unsur subyektifitas. Subyektivitas itu terjadi pada asumsi-asumsi teoritis yang digunakan dalam proses pemilahan, pelaporan, dan penafsiran data. Sebagian teori sains lahir dari imajinasi kreatif yang di dalamnya mengandalkan analogi dan model. b. Agama: Subyektif-Obyektif Subyektif-Obyektif. Agama tidak sesubyektif yang diduga Data agama (pengalaman keagamaan, ritual, dan kitab suci) lebih banyak diwarnai penafsiran konseptual
1. Asbaabun nuzuul (Al-qur’an)
2. Asbaabul wuruud (Al-hadits)
Tipologi Integrasi Targetnya memadukan antara agama dan sains. Prosesnya menyerukan perumusan ulang terhadap gagasan-gagasan teologi tradisional. teologi tradisional dikaji secara lebih ekstensif (luas) dan sistematis.
Ada tiga versi integrasi yaitu: Integrasi natural theology, natural theology, sintesis sistematis
1. Natural Theology menjadikan alam sebagai sarana untuk mengetahui Tuhan Eksistensi Tuhan dapat disimpulkan dari (didukung oleh) bukti desain alam, yang dari alam tersebut dapat menyadari adanya Tuhan dan berangkat dari pemahaman keagamaan pemahaman keagamaan yang ada disinari dengan sains. • ITT + S = TR (Arthur Peacocke) • ITT = iman dan teologi tradisional • S = sains • TR = teologi yang telah direvisi • Pemahaman keagamaan &sains melahirkan paham keagamaan yang disinari sains
2. Sintesis Sistematis Pemaduan agama dan sains secara lebih sistematis memberikan kontribusi ke arah pandangan yang lebih koheren • Melalui filsafat proses setiap peristiwa atau teori baru merupakan produk masa lalu dari tindakan dan aksi Tuhan Tipologi Hubungan Sains dan Agama • Isu hubungan agama dan sains tidak selalu diisi dengan pertentangan dan ketidaksesuaian • Banyak kalangan yang berusaha mencari hubungan antar keduanya • Kalangan lain beranggapan bahwa agama dan sains tidak akan pernah dapat ditemukan, keduanya adalah entitas yang berbeda, memiliki wilayah masing-masing yang terpisah baik segi objek formal-material (ontologi), metode penelitian (epistemologi), serta peran yang dimainkan (aksiologi). • Di akhir dasawarsa tahun 90-an, di Amerika Serikat dan Eropa Barat khususnya, berkembang diskusi tentang sains (ilmu pengetahuan) dan agama (kitab suci). • Diskusi dimulai oleh Ian G. Barbour yang mengemukakan teori “Empat Tipologi Hubungan Sains (Ilmu Pengetahuan) dan Agama (Kitab Suci)”. • Di akhir dasawarsa tahun 90-an, di Amerika Serikat dan Eropa Barat khususnya, berkembang diskusi tentang sains (ilmu pengetahuan) dan agama (kitab suci). • Diskusi dimulai oleh Ian G. Barbour yang mengemukakan teori “Empat Tipologi Hubungan Sains (Ilmu Pengetahuan) dan Agama (Kitab Suci)” STRATEGI PENGEMBANGAN SAINS-TEKNOLOGI DI DUNIA ISLAM MASA KINI DAN MENDATANG • Strategi Pengembangan Sains-Teknologi -Penciptaan paradigma baru tentang sains-teknologi -Kebijakan pemerintah yang pro pengembangan sains-teknologi Paradigma baru tentang sains-teknologi • Paradigma yang dimaksud adalah cara pandang terhadap sains-teknologi • Studi sains-teknologi menjadi bagian dari studi Islam (ontologi, epistemologi, dan aksiologi) • Paradigma ini tidak lagi memisahkan sains-teknologi dalam posisi yang diametral dengan agama, tetapi sains-teknologi bagian dari agama. Ontologi Sains-Teknologi • Bahwa secara ontologis, untuk memahami Allah SWT, dapat dilakukan melalui ayat-ayat qauliyyah dan kauniyyah. • Lebih dari 750 ayat al-Qur’an membahas tentang fenomena alam Epistemologi Sains-Teknologi Pengembangan Sains dan Teknologi Dalam Islam. Ada Tiga Yaitu Bayani, Irfani Dan Burhani.
1. BAYANI Yaitu Saintis dan teknokrat muslim harus menjadikan teks al-qur’an dan al-sunnah sebagai sumber inspirasi. Al-Qur’an dan al-Sunnah tidak boleh hanya dikaji secara literal sebab konteks ayat/hadits tentang fenomena alam yang terdapat dalam al-Qur’an dan al-Hadits cenderung menggambarkan kondisi masyarakat Arab.
2. BURHANI Yaitu Saintis dan teknokrat muslim harus membiasakan diri melakukan perenungan, pengamatan, verifikasi, eksplorasi dan eksperimen tentang fenomena alam di sekitarnya. burhani lebih cendrung kepada metode ilmiah.
3. IRFANI. Paradigma ‘irfani terkait dengan sikap dan aspek esoterik saintis dalam mensikapi suatu fenomena alam. Sains tidak boleh untuk dirinya sendiri ada misi kekhalifahan manusia di bumi. kajian sains dan teknologi tidak akan membawa kepada kerusakan alam. Aksiologi Sains-Teknologi Sains-teknologi harus dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Sains-teknologi harus bisa mencerminkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘aalamiin). Kebijakan pemerintah yang pro pengembangan sains-teknologi akan melahirkan Politik yang nantinya akan memunculkan KEBIJAKAN yang mengacu kepada Implementasi dan pendidikan.

Sumber Refensi
Nurochman, M.Kom. UIN Sunan Kalijaga. (Sumber: Imelda Fajriati, M.Si)

Sabtu, 17 November 2012

Hasil penelitian bahan bangunan Piramida ungkap kebenaran Al Qur'an


(Arrahmah.com) - Kebenaran ilmiah yang telah diterbitkan dalam abad kedua puluh satu telah disebutkan dalam Alquran sejak empat belas abad yang lalu, mari perhatikan gambar gambar ini
Dalam waktu lama para ilmuwan kebingungan karena mereka tidak mampu menemukan rahasia dari konstruksi dan bahan bangungan dan dalam waktu lama pula umat manusia memandang bahwa banguan itu adalah sebuah teka-teki yang membingungkan dalam waktu lama para penulis menyusun tulisannya tentang bangunan tersebut yang hanya sebuah legenda dan dongeng belaka namun akhirnya, kebenaran mulai muncul dan melalui penelitian ilmiah modern, yaitu piramida.
Penelitian terbaru mengatakan bahwa piramida dibangun dari tanah liat dan panas! Dan yang sangat menakjubkan adalah bahwa Alquran telah mengungkap fakta ini dengan sangat jelas sesuai dengan ungkapan Firaun saat itu. Namun sebelum ini, mari kita merenungkan apa yang para ilmuwan temukan baru-baru ini…
Dalam edisi tanggal (1 Desember 2006) Koran Amerika Times menerbitkan berita ilmiah yang mengkonfirmasi bahwa Firaun menggunakan tanah liat untuk membangun piramida! Menurut penelitian Amerika-Perancis menyebutkan bahwa batu yang digunakan untuk membuat darinya piramida, sebelumnya telah dilemparkan di bawah kayu lalu dipanaskan sehingga membentuk batu keras yang hampir normal.
Para ilmuwan mengatakan bahwa Firaun mahir dalam ilmu kimia dan mengelola tanah liat dan metode yang mereka gunakan masih menjadi rahasia dan tidak diizinkan untu diakses atasnya atau terkodifikasi pada nomor yang mereka tinggalkan. Profesor Gilles Hug, dan Michel Profesor Barsoum menegaskan bahwa Piramida yang palign besar di Giza itu terbuat dari dua jenis batu: batu alam dan batu-batu yang dibuat secara manual.
Dan dalam penelitian yang dipublikasikan oleh majalah "Journal of American Ceramic Society" menegaskan bahwa Firaun menggunakan jenis tanah slurry Firaun untuk membangun monumen yang tinggi secara umum, dan membangun piramida pada khususnya. Karena tidak mungkin bagi seseorang untuk mengangkat batu berat ribuan Kilogram, dan inilah yang membuat Firaun menggunakan batu alam untuk membangun dasar
Piramida, dan lumpur dibakar untuk diletakkan di tempat yang paling tinggi.
Setelah berhasil mencampur lumpur kapur di tungku perapian yang dipanaskan dengan uap air garam dan berhasil membuat uap air darinya sehingga membentuk campuran tanah liat, maka akan dilakukan template diatas kayu dan dituangkan dalam tempat yang disediakan di dinding piramida.
Profesor Davidovits telah mengambil batu piramida yang terbesar untuk dilakukan analisis dengan menggunakan mikroskop electron terhadap batu tersebut dan menemukan jejak reaksi cepat yang menegaskan bahwa batu terbuat dari lumpur, sedangkan ahli geologi sampai baru-baru ini, belum memiliki kemampuan untuk membedakan antara batu alam dan batu buatan dengan metode ini, tetapi hari ini mereka bisa membedakan berkat teknologi modern,
oleh karena itu professor kembali membuat batu besar dengan metode ini dalam waktu sepuluh hari.
Seorang ilmuwan Belgia Guy Demortier yang sebelumnya dalam waktu yang lama mempertanyakan keabsahab penelitian ini berkata: Setelah bertahun-tahun melakukan riset dan studi sekarang saya baru yakin bahwa piramida yang terletak di Mesir dibuat dengan menggunakan tanah liat.
Firaun dalam membangun piramida menggunakan sejumlah besar batu sampai dengan 2-2,8 juta batu, studi baru juga mengatakan bahwa beberapa arkeolog Mesir membantah bukti-bukti ilmiah baru-baru ini, dan mereka menyatakan bahwa orang Mesir kuno memiliki kemampuan mengangkat jutaan batu yang beratnya sekitar lima atau enam ribu kilogram!  Itu menurut majalah Times America.

Seorang Profesor Prancis Joseph Davidovits telah melakukan eksperimen selama dua puluh tahun lamanya dan menemukan bahwa piramida dibangun dari lumpur, terutama dibagian yang tinggi piramida di mana sulit untuk menaikkan batu alam.

Ini adalah Analisis gambar secara elektronik terhadap batu Piramida terbesar seperti yang disajikan oleh situs terkenal tentang biologi.

Sebuah penelitian yang luas tentang piramida Bosnia, "Piramida Matahari" dan menjelaskan bahwa batu-batunya terbuat dari tanah liat! Ini menegaskan bahwa metode ini tersebar luas di masa lalu. (Gambar dari batu piramida).

Sebuah gambar yang digunakan dalam casting batu-batu kuno piramida matahari mengalir di Bosnia, dan kebenaran ilmiah mengatakan bahwa sangat jelas bahwa metode tertentu pada pengecoran batu berasal dari tanah liat telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu dalam peradaban yang berbeda baik Rumania atau Firaun!
Keajaiban Al-Qur'an mendahului penemuan ilmiah
Banyak ayat-ayat Al-Qur'an menunjukkan fakta bahwa bangunan piramida dan bangunan lain dari bangunan yang tinggi, dalam hal ini Allah berfirman:
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ
"Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah Hai Haman untukku tanah liat  kemudian buatkanlah untukku bangunan yang Tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan Sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia Termasuk orang-orang pendusta". (Al-Qashash:38)
Dalam ayat ini menunjukkan tentang teknologi konstruksi yang digunakan untuk bangunan tinggi sebuah monumen seperti firman Allah: "buatkanlah untukku bangunan yang Tinggi"
dan kata bangunan secara bahasa adalah setiap bangunan tinggi.
Teknik ini didasarkan pada lumpur dan panas seperti dalam ayat:
"Maka bakarlah Hai Haman untukku tanah liat"
Subhanallah! Ada bukti yang menunjukkan bahwa patung-patung raksasa dan tiang-tiang yang ditemukan dalam peradaban Rumania dan yang lainnya juga dibangun dari tanah liat! Dapat dikatakan: Bahwa keajaiban Al Qur'an menunjukkan bahwa cara untuk membangun bangunan-bangunan dari tanah liat dan ini yang tidak diketahui pada waktu turunnya Alquran,
Ini berarti menunjukkan bahwa ide bangunan piramida, monumen, patung dan benda-benda antik lainnya dari tanah liat, tidak datang hanya di akhir abad dua puluh, namun Al Qur'an telah menyebutkannya sebelum empat belas abad yang lalu! Namun kenapa harus ke Firaun, karena bangunan terbesar yang dibangun dari tanah liat adalah piramida!
Siapa yang memberitahukan kepada Nabi saw berita ini?
Firaun mungkin bukanlah sosok yang telah membangun piramida ]karena ia meninggal karena tenggelam, namun ia menggunakan teknik rekayasa bangunan ketika membuat sampai monumen dan kemudian dihancurkan oleh Tuhan setelah itu, dan karenanya sebagai pintu integritas ilmiah, Al-Quran adalah kitab pertama yang  mengungkapkan rahasia bangunan piramida, bukan para  Ilmuwan Amerika dan Perancis.
Kita tahu bahwa Nabi Muhammad saw tidak pergi ke Mesir dan tidak pernah melihat piramida,  Kisah Firaun terjadi sebelum masa Nabi saw ribuan tahun yang lalu, dan tidak ada satupun di muka bumi ini pada waktu itu yang mengtahui tentang rahasia piramida dan para ilmuwan tidak yakin bahwa Firaun menggunakan tanah liat dan panas untuk membangun monumen tinggi kecuali beberapa tahun belakangan ini, maka dari itu, bagaimana Nabi saw sebelum 1400 tahun yang lalu memberitahukan bahwa Firaun menggunakan tanah liat dan panas untuk membangun monumen.
Ayat ini sangat jelas dan kuat membuktikan bahwa nabi Muhammad saw tidaklah membawa apapun dari padanya tetapi Allah yang menciptakan Firaun dan menenggelamkannya, dan Dia pula yang menyelamatkan nabi Musa dan Dia pula yang memberitahukan kepada Nabi-Nya akan hakikat ilmiah ini, dan ayat ini menjadi saksi kebenaran kenabian beliau pada zaman modern ini!Subhanallah..

Sumber Referensi
Arrahmah
http://arrahmah.com/read/2012/01/01/17139-al-quran-dan-sains-hasil-penelitian-bahan-bangunan-piramida-ungkap-kebenaran-al-quran.html#
Diakses pada tanggal 16 November 2012 jam 11.00

Profil Blog Kami




Blog ini bertujuan untuk berbagi berbagai macam informasi untuk mengembangkan ilmu dibidang agama dan sains, mudah-mudahan blog ini bisa menjadi pustaka bagi semua pembaca dan  memberi manfaat dalam kehidupan sehari-hari