Senin, 19 November 2012

HISTORISITAS/SEJARAH HUBUNGAN AGAMA DAN SAINS:

Sebuah Pengantar
Pola Konflik Agama dan Sains dimulai oleh:
• Galileo (Abad ke-15 M)
• Newton (Abad ke-17 M)
• Darwin (Abad ke-19 M) Pola Konflik Agama dan Sains
• Darwin (Abad 19)
• Einstein (Abad 20)
KONFLIK ANTARA AGAMA DAN SAINS (Masa Galileo / Abad ke-15 M).
Konflik antara agama dan sains telah dimulai sejak abad 15, ketika Galileo menentang paham geosentris (bumi merupakan pusat tata surya) yang dianut oleh gereja. Galileo dianggap mengingkari keyakinan agamanya (kristen). Ketaksesuaian agama dan sains berlanjut hingga masa sesudahnya (masa Newton / masa sains modern). Namun yang diketahui bahwa Galileo Tidak Bermaksud Menentang Paham Gereja, Galileo hanya bermaksud mentransfoermasikan sains agar lebih bermanfaat bagi kehidupan. Transformasi Sains Sejarah sains Eropa masa kebangkitan (abad 14 dan 15) mencatat bahwa sains muncul tidak hanya dalam rangka melepaskan hegemonik gereja sebagai institusi pemegang kekuasaan tertinggi, tetapi juga sebagai momentum transformasi sains ke dalam utilitas teknik (aplikasi nyata).
Sains Modern.
a. Para ahli sejarah sepakat bahwa sejarah perkembangan sains modern beserta aplikasi teknologi yang ada sekarang diawali oleh Newton (mekanika klasik).
b. Mekanika klasik Newton berdampak besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan saat itu.
c. Konsep mekanika klasik Newton bersifat mekanistik deterministik (apabila kondisi awal dari sesuatu dapat ditentukan, maka kondisi berikutnya dapat diprediksi secara tepat).
Dampak Positif Paradigma Newton
1. Paradigma Newton berdampak kepada revolusi industri (Inggris, abad ke-17) dengan penemuan mesin tenun dan mesin cetak.
2. Tahapan Industri=>Mekanisasi (abad ke-17)
-Energisasi (abad ke-18)
-Optimalisasi (abad ke-18 s.d. ke-19)
-Otomatisasi (abad ke-19 s.d. Ke-20)
Dampak Positif Paradigma Newton
a. Penciptaan Alam Semesta dan menurut pendapat ini bahwa alam semesta ada dengan tidak sendirinya
b. Sesuai dengan agama (alam semesta ada yang menciptakan)
c. Kehancuran Alam Semesta
d. Beberapa milyard tahun yang akan datang sesuai perhitungan waktu peluruhan neutron (inti atom)
e. Sesuai dengan agama (alam semesta tidak kekal)
Sedangkan dampak Negatif Paradigma Newton yaitu:
Ada dua dampak yang tampak sekali yaitu:
a. membentuk masyarakat yang sekularistik
b. mengabaikan nilai-nilai religiusitas (mengabaikan unsur Tuhan karena merasa dapat memprediksi apa yang akan terjadi). Puncak Konflik Agama dan Sains yaitu yang terjadi pada masa Charles Darwin pada abad ke-19 memunculkan bukunya The Origin of Species (hanya dengan ‘menjejer dan mengurutkan’ tulang tengkorak berusaha menghubungkan secara evolusioner). Temuan Darwin semakin memicu ketidakharmonisan hubungan antara ilmuwan (orang yang menekuni sains) dan agamawan (orang yang mendalami nilai dan ajaran Tuhan).
Masa Reda Konflik Agama dan Sains pada abad 20 Muncul paradigma baru dalam ilmu pengetahuan, mekanistik deterministik menjadi probabilistik relatifistik

Motor
1. Heissenberg dan Scrodinger memunculkan Teori Mekanika Kuantum.
2. Albert Einstein (konsep ruang-waktu dan energi) Probabilistik relatifistik
Sesuatu memiliki banyak kemungkinan alternatif pemecahan persoalan.
Melahirkan ilmu-ilmu baru seperti material science, mikro elektronika, kimia fisika kuantum, astrofisika, dll. Perbedaan Paradigma dalam Konsep Energi-Ruang-Waktu
1. Newton. Menurut Newton Massa materi adalah kekal, ada dengan sendirinya dari dulu hingga sekarang (teori Steady State), sehingga ruang dan waktu adalah entitas yang terpisah .
2. Einstein Ruang dan waktu adalah entitas yang terkait satu sama lain menjadi dimensi tersendiri yaitu
dimensi ruang-waktu. Tanpa ada ruang maka tidak akan ada waktu.

Hubungan Agama dan Sains pada Abad 21 yaitu Simbiosis Mutualisme mengalami peningkatan dan Konflik Berkurang atau mengalami penurunan konflik pada saat tsb. Tipologi Hubungan Sains dan Agama Isu hubungan agama dan sains tidak selalu diisi dengan pertentangan dan ketidaksesuaian. Banyak kalangan yang berusaha mencari hubungan antar keduanya. Kalangan lain beranggapan bahwa agama dan sains tidak akan pernah dapat ditemukan, keduanya adalah entitas yang berbeda, memiliki wilayah masing-masing yang terpisah baik segi objek formal-material (ontologi), metode penelitian (epistemologi), serta peran yang dimainkan (aksiologi).

Di akhir dasawarsa tahun 90-an, di Amerika Serikat dan Eropa Barat khususnya, berkembang diskusi tentang sains (ilmu pengetahuan) dan agama (kitab suci). Diskusi dimulai oleh Ian G. Barbour yang mengemukakan teori “Empat Tipologi Hubungan Sains (Ilmu Pengetahuan) dan Agama (Kitab Suci)” Empat Tipologi Hubungan Sains (Ilmu Pengetahuan) dan Agama (Kitab Suci). Keempat tipologi tersebut ialah sebagai berikut:
1. Tipologi Konflik Tipologi Konflik menganggap bahwa agama dan ilmu pengetahuan itu saling bertentangan 2. Tipologi Independensi
3. Tipologi Dialog
4. Tipologi Integrasi Tipologi dialog dan integrasi tersebut dianut oleh kelompok materialisme ilmiah dan kelompok literalisme kitab suci.

Pandangan Kelompok Materialisme Ilmiah yaitu:
1. bahwa keyakinan agama tidak dapat diterima karena agama bukanlah data yang dapat diuji dengan percobaan.
2. sains (ilmu pengetahuan) bersifat obyektif, terbuka, dan progressif
3. agama (kitab suci) bersifat subyektif, tertutup, dan sangat sulit berubah
4. Pandangan Kelompok Literalisme Kitab Suci bahwa teori ilmiah melambungkan filsafat materialisme dan merendahkan perintah moral Tuhan.
Penyebab konflik agama dan sains:
a. Fundamentalisme Sains (ilmu pengetahuan) Fundamentalisme Agama (kitab suci) Merasa dirinya benar (paling benar) Menyalahkan yang lain maka terjadi KONFLIK AGAMA DAN SAINS Tipologi Independensi Menurut tipologi ini bahwa Konflik Sains dan Agama Tidak Perlu Terjadi Karena sains (ilmu pengetahuan) dan agama (kitab suci) berada di wilayah yang berbeda, sains sebagai kajian atas alam sedangkan agama sebagai rangkaian aturan berperilaku. Tipologi Dialog Tipologi diaolog lebih kepada mencari (secara ilmiah) hubungan (konseptual dan metodologis) antara sains dan agama, kemiripan dan perbedaannya. DIALOG SAINS dan agama terjadi menjadi: 1. Konseptual Sains menyentuh persoalan di luar wilayahnya sendiri (misalnya: mengapa alam semesta serba teratur?) Sains digunakan sebagai analogi untuk membahas hubungan Tuhan dengan dunia, yakni adanya kesejajaran konseptual antara teori ilmiah dan keyakinan teologi 2. Metodologi Sains dipahami tidaklah seobyektif dan agama juga dipahami tidaklah sesubyektif – sebagaimana yang diduga. a. Sains: Obyektif-Subyektif Obyektif-Subyektif. Data ilmiah yang menjadi dasar sains, ternyata melibatkan unsur-unsur subyektifitas. Subyektivitas itu terjadi pada asumsi-asumsi teoritis yang digunakan dalam proses pemilahan, pelaporan, dan penafsiran data. Sebagian teori sains lahir dari imajinasi kreatif yang di dalamnya mengandalkan analogi dan model. b. Agama: Subyektif-Obyektif Subyektif-Obyektif. Agama tidak sesubyektif yang diduga Data agama (pengalaman keagamaan, ritual, dan kitab suci) lebih banyak diwarnai penafsiran konseptual
1. Asbaabun nuzuul (Al-qur’an)
2. Asbaabul wuruud (Al-hadits)
Tipologi Integrasi Targetnya memadukan antara agama dan sains. Prosesnya menyerukan perumusan ulang terhadap gagasan-gagasan teologi tradisional. teologi tradisional dikaji secara lebih ekstensif (luas) dan sistematis.
Ada tiga versi integrasi yaitu: Integrasi natural theology, natural theology, sintesis sistematis
1. Natural Theology menjadikan alam sebagai sarana untuk mengetahui Tuhan Eksistensi Tuhan dapat disimpulkan dari (didukung oleh) bukti desain alam, yang dari alam tersebut dapat menyadari adanya Tuhan dan berangkat dari pemahaman keagamaan pemahaman keagamaan yang ada disinari dengan sains. • ITT + S = TR (Arthur Peacocke) • ITT = iman dan teologi tradisional • S = sains • TR = teologi yang telah direvisi • Pemahaman keagamaan &sains melahirkan paham keagamaan yang disinari sains
2. Sintesis Sistematis Pemaduan agama dan sains secara lebih sistematis memberikan kontribusi ke arah pandangan yang lebih koheren • Melalui filsafat proses setiap peristiwa atau teori baru merupakan produk masa lalu dari tindakan dan aksi Tuhan Tipologi Hubungan Sains dan Agama • Isu hubungan agama dan sains tidak selalu diisi dengan pertentangan dan ketidaksesuaian • Banyak kalangan yang berusaha mencari hubungan antar keduanya • Kalangan lain beranggapan bahwa agama dan sains tidak akan pernah dapat ditemukan, keduanya adalah entitas yang berbeda, memiliki wilayah masing-masing yang terpisah baik segi objek formal-material (ontologi), metode penelitian (epistemologi), serta peran yang dimainkan (aksiologi). • Di akhir dasawarsa tahun 90-an, di Amerika Serikat dan Eropa Barat khususnya, berkembang diskusi tentang sains (ilmu pengetahuan) dan agama (kitab suci). • Diskusi dimulai oleh Ian G. Barbour yang mengemukakan teori “Empat Tipologi Hubungan Sains (Ilmu Pengetahuan) dan Agama (Kitab Suci)”. • Di akhir dasawarsa tahun 90-an, di Amerika Serikat dan Eropa Barat khususnya, berkembang diskusi tentang sains (ilmu pengetahuan) dan agama (kitab suci). • Diskusi dimulai oleh Ian G. Barbour yang mengemukakan teori “Empat Tipologi Hubungan Sains (Ilmu Pengetahuan) dan Agama (Kitab Suci)” STRATEGI PENGEMBANGAN SAINS-TEKNOLOGI DI DUNIA ISLAM MASA KINI DAN MENDATANG • Strategi Pengembangan Sains-Teknologi -Penciptaan paradigma baru tentang sains-teknologi -Kebijakan pemerintah yang pro pengembangan sains-teknologi Paradigma baru tentang sains-teknologi • Paradigma yang dimaksud adalah cara pandang terhadap sains-teknologi • Studi sains-teknologi menjadi bagian dari studi Islam (ontologi, epistemologi, dan aksiologi) • Paradigma ini tidak lagi memisahkan sains-teknologi dalam posisi yang diametral dengan agama, tetapi sains-teknologi bagian dari agama. Ontologi Sains-Teknologi • Bahwa secara ontologis, untuk memahami Allah SWT, dapat dilakukan melalui ayat-ayat qauliyyah dan kauniyyah. • Lebih dari 750 ayat al-Qur’an membahas tentang fenomena alam Epistemologi Sains-Teknologi Pengembangan Sains dan Teknologi Dalam Islam. Ada Tiga Yaitu Bayani, Irfani Dan Burhani.
1. BAYANI Yaitu Saintis dan teknokrat muslim harus menjadikan teks al-qur’an dan al-sunnah sebagai sumber inspirasi. Al-Qur’an dan al-Sunnah tidak boleh hanya dikaji secara literal sebab konteks ayat/hadits tentang fenomena alam yang terdapat dalam al-Qur’an dan al-Hadits cenderung menggambarkan kondisi masyarakat Arab.
2. BURHANI Yaitu Saintis dan teknokrat muslim harus membiasakan diri melakukan perenungan, pengamatan, verifikasi, eksplorasi dan eksperimen tentang fenomena alam di sekitarnya. burhani lebih cendrung kepada metode ilmiah.
3. IRFANI. Paradigma ‘irfani terkait dengan sikap dan aspek esoterik saintis dalam mensikapi suatu fenomena alam. Sains tidak boleh untuk dirinya sendiri ada misi kekhalifahan manusia di bumi. kajian sains dan teknologi tidak akan membawa kepada kerusakan alam. Aksiologi Sains-Teknologi Sains-teknologi harus dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Sains-teknologi harus bisa mencerminkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘aalamiin). Kebijakan pemerintah yang pro pengembangan sains-teknologi akan melahirkan Politik yang nantinya akan memunculkan KEBIJAKAN yang mengacu kepada Implementasi dan pendidikan.

Sumber Refensi
Nurochman, M.Kom. UIN Sunan Kalijaga. (Sumber: Imelda Fajriati, M.Si)


0 komentar:

Posting Komentar