Minggu, 30 Desember 2012

TIPOLOGI HUBUNGAN SAINS DAN AGAMA




Pendahuluan
·         Isu hubungan agama dan sains tidak selalu diisi dengan pertentangan dan ketidaksesuaian
·         Banyak kalangan yang berusaha mencari hubungan antar keduanya
·         Kalangan lain beranggapan bahwa agama dan sains tidak akan pernah dapat ditemukan, keduanya adalah entitas yang berbeda, memiliki wilayah masing-masing yang terpisah baik segi objek formal-material (ontologi), metode penelitian (epistemologi), serta peran yang dimainkan (aksiologi)
·         Di akhir dasawarsa tahun 90-an, di Amerika Serikat dan Eropa Barat khususnya, berkembang diskusi tentang sains (ilmu pengetahuan) dan agama (kitab suci)
·         Diskusi dimulai oleh Ian G. Barbour yang mengemukakan teori “Empat Tipologi Hubungan Sains (Ilmu Pengetahuan) dan Agama (Kitab Suci)”

Empat Tipologi Hubungan Sains (Ilmu Pengetahuan) dan Agama (Kitab Suci)
1.      Tipologi Konflik
menganggap bahwa agama dan ilmu pengetahuan itu saling bertentangan. Dianut oleh kelompok materialisme ilmiah dan kelompok literalisme kitab suci
materialisme ilmiah
·         keyakinan agama tidak dapat diterima karena agama bukanlah data yang dapat diuji dengan percobaan
·         sains (ilmu pengetahuan) bersifat obyektif, terbuka, dan progressif
·         agama (kitab suci) bersifat subyektif, tertutup, dan sangat sulit berubah
literalisme kitab suci
·         teori ilmiah melambungkan filsafat materialisme dan merendahkan perintah moral Tuhan

penyebab konflik:
fundamentalisme sains (ilmu pengetahuan) dan fundamentalisme agama (kitab suci)

2.      Tipologi Independensi
Konflik tidak perlu terjadi
·         karena sains (ilmu pengetahuan) dan agama (kitab suci) berada di domain yang berbeda
·         sains (ilmu pengetahuan) sebagai kajian atas alam sedangkan agama (kitab suci) sebagai rangkaian aturan berperilaku


3.      Tipologi Dialog
mencari (secara ilmiah) hubungan (konseptual dan metodologis) antara sains dan agama, kemiripan dan perbedaannya.

DIALOG SAINS DAN AGAMA
KONSEPTUAL
·         sains menyentuh persoalan di luar wilayahnya sendiri (misalnya: mengapa alam semesta serba teratur?)
·         sains digunakan sebagai analogi untuk membahas hubungan Tuhan dengan dunia, yakni adanya kesejajaran konseptual antara teori ilmiah dan keyakinan teologi

METODOLOGI
Saat sains dipahami tidaklah seobyektif dan agama juga dipahami tidaklah sesubyektif – sebagaimana yang diduga

SAINS : OBYEKTIF-SUBYEKTIF
·         Data ilmiah yang menjadi dasar sains, ternyata melibatkan unsur-unsur subyektifitas
·         Subyektivitas itu terjadi pada asumsi-asumsi teoritis yang digunakan dalam proses pemilahan, pelaporan, dan penafsiran data
·         Sebagian teori sains lahir dari imajinasi kreatif yang di dalamnya mengandalkan analogi dan model

AGAMA: SUBYEKTIF-OBYEKTIF
·         Agama tidak sesubyektif yang diduga
·         Data agama (pengalaman keagamaan, ritual, dan kitab suci) lebih banyak diwarnai penafsiran konseptual
·         Asbaabun nuzuul
·         Asbaabul wuruud

4.      Tipologi Integrasi

·         Memadukan antara agama dan sains
·         menyerukan perumusan ulang terhadap gagasan-gagasan teologi tradisional
·         teologi tradisional dikaji secara lebih ekstensif (luas) dan sistematis

Tiga versi integrasi
1.      natural theology
Menjadikan alam sebagai sarana untuk mengetahui Tuhan( Eksistensi Tuhan dapat disimpulkan dari (didukung oleh) bukti desain alam, yang dari alam tersebut dapat menyadari adanya Tuhan)

2.      theology of nature
Berangkat dari pemahaman keagamaan (pemahaman keagamaan yang ada disinari dengan sains)

ITT + S = TR (Arthur Peacocke)
ITT = iman dan teologi tradisional
S = sains
TR        = teologi yang telah direvisi

3.      sintesis sistematis
Pemaduan agama dan sains secara lebih sistematis sehingga memberikan kontribusi ke arah pandangan yang lebih koheren
Melalui filsafat proses setiap peristiwa atau teori baru merupakan produk masa lalu dari tindakan dan aksi Tuhan

Sumber Referensi
Frida Agung, UIN Sunan Kalijaga

0 komentar:

Posting Komentar